Beberapa waktu yang lalu aku menonton kembali film lawas karya sutradara peraih Oscar, Roland
Joffe. The Mission. Dalam film ini bercerita tentang sebuah misi Para Jesuit untuk menyebarkan agama Katolik di pedalaman Amerika Latin, khususnya untuk suku lokal yakni Indian Guarani pada abad ke 18. Pada setting film ini kaum Indian Guarani dianggap kaum hewan yang ditangkap untuk deperjual belikan sebagai budak pada para kolonial. Misi "pemberadaban" di pimpin oleh Pastor Gabriel dengan perintah resmi dari Vatikan, Pastor Gabriel tidak hanya
menyebarkan agama saja, namun beliau juga mengentaskan kehidupan suku
Indian Guarani dari berbagai bidang, baik dari segi sosial, ekonomi,
pendidikan, serta kesehatan. Dari segi sosial Pastor Gabriel mengajarkan
cara berbicara menggunakan Bahasa Inggris untuk berkomunikasi dengan
bangsa pendatang ( Portugis dan Spanyol). Dari segi pendidikan Pastor Gabriel mengajarkan musik, membaca, dan menulis, dan dari segi ekonomi beliau mengajarkan kaum Indian Guarani untuk berladang dan berternak, mengenal mata uang dan transaksinya.
Tentunya misi dari Vatikan untuk meng- Katolikkan kaum Indian sudah terlaksana melalui berbagai bidang kehidupan, namun tanah yang ditempati oleh Kaum Indian Guarani adalah tanah sengketa antara Spanyol dan Portugis, sehingga misi yang dilakukan oleh Pastor Gabriel dianggap menghambat oleh dua kolonial itu.
Vatikan harus mau
bernegosiasi dengan dua kekuatan besar ini. Karena masalah negosiasi itu, akhirnya Vatikan pun mau menerima
kesepakatan antara dua bangsa Eropa dalam sebuah perjanjian
bernama Madrid (Treaty Madirid) dan mau menyerahkan daerah dampingannya
kepada dua kekuatan kolonial itu yaitu Spanyol dan Portugis.
Orang-orang Indian Guarani itu tentu tidak mau diusir dari tanah airnya. Mereka
lebih memilih perang dibandingkan harus bertekuk lutut kepada orang-orang yang
mau merebut lahan mereka itu. Dan sebagai para pendamping yang telah melibatkan
perasaan dan emosiya, para Pastor Jesuit ini pun mengabaikan perintah langsung
dari Vatikan melalui Kardinal Altamirano dan akhirnya tetap tinggal di dalam
hutan serta mendampingi orang-orang Indian ini untuk berperang melawan
kolonialis.
Akhirnya seperti sudah tertulis
dalam sejarah, The Mission diakhiri dengan pemandangan yang memilukan dimana hampir
semua orang-orang Indian Guarani itu terbunuh, juga seluruh pastor Jesuit yang
mendampingi mereka, seperti Mendoza dan Pastor Gabriel. Yang tersisa hanya
beberapa anak serta perempuan yang berhasil bersembunyi ke hutan hingga
pembantaian itu selesai.
Sebelumnya yuk kita lihat definisi Pemimpin
- memimpin/me·mim·pin/ v 1 mengetuai atau mengepalai (rapat, perkumpulan, dan sebagainya): ia diserahi tugas ~ rapat itu; 2 memenangkan paling banyak: Singapura ~ kejuaraan renang pelajar internasional; 3 memegang tangan seseorang sambil berjalan (untuk menuntun, menunjukkan jalan, dan sebagainya); membimbing: ia berjalan sambil ~ anaknya; 4 memandu: mualim ~ kapal asing itu masuk ke pelabuhan; 5 melatih (mendidik, mengajari, dan sebagainya) supaya dapat mengerjakan sendiri: ia ditugasi atasannya untuk ~ para calon pegawai negeri; (http://kbbi.web.id/pimpin)
- Pancasila
harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan Pancasila adalah:- Ing Ngarsa Sung Tuladha: Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang – orang yang dipimpinnya.- Ing Madya Mangun Karsa: Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkPemimpin reasi pada orang – orang yang dibimbingnya.- Tut Wuri Handayani: Pemimpin harus mampu mendorong orang–orang yang diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
(http://aniatih.blogspot.co.id/2014/03/pengertian-pemimpin-dan-kepemimpinan.html)
Setelah melihat definisi dari atas tak jarang masih adanya asumsi pemimpin yang diibaratklan sebagai sosok titisan Tuhan (menurut teori kedaulatan Tuhan), tentunya seorang pemimpin dianggap religius, adil, serta berkharisma. Masih banyak juga asumsi bahwa pemimpin memiliki kuasa (power) serta pengikut yang banyak, sehingga tak jarang nih guys banyak pemimpin yang semena-mena dengan rakyatnya.
Jika di tilik dari berbagai kitab suci masing-masing agama, disana tertuang sosok serta beberapa ciri-ciri seorang pemimpin sejati
- “Barang siapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi
pelayanmu, dan barang siapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu,
hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya” (Markus 10:43,44).
tersirat bahwa untuk menjadi seorang pemimpin adalah orang yang mau melayani. - Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu (
1tes 5:12)
tersirat makna bahwa sebagai pemimpin kita berpegang dengan apa yang norma agama dan norma sosial ajarkan, dan berani menegur tanpa pandang bulu yang meakukan kesalahan.
Sebagai generasi yang cerdas, kita bisa belajar dari berbagai sumber, baik lewat buku, surat kabar, film hingga media online mengenai sejarah dan bagaimana cara pemimpin-pemimpin dunia memimpin organisasi hingga rakyatnya. Menjadi pemimpin yang melayani, dan bukan dilayani. Awalilah dengan memimpin dan memenejemen diri kita sendiri sebelum memimpin orang lain. Menjadi orang yang jujur, sederhana, dan setia dalam setiap perkara kecil hingga besar, dan ringan tangan dalam segala keadaan.
Disini melalui blog ini, aku juga masih belajar mengenai dipimpin dan memimpin. Dan film The Mission ini menginspirasiku untuk selalu bekerja dengan sepenuh hati, dan setia akan janji, serta ringan tangan.
Lalu siapa sosok yang mengispirasi kamu? dan siapa pemimpin yang ideal menurutmu?
Panca Inggit 15.E1.0254
Good article :)
BalasHapusBagus artikelnya kak
BalasHapusUntuk jd pemimpin harus memimpin dlu dr diri sendiri supaya dpt menjadi lebih baik
Aduhai sekali blog awak, bak pepatah telah dikata: air sungai sebelah pandang dimata batin
BalasHapusUdah jarang nih sekarang pemimpin yang kaya gitu.. semoga pemimpin berikutnya bisa meneladan sikap diatas
BalasHapusbak pepatah telah dikata :
BalasHapusBerakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian.
Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian
Seorang Pemimpin harus melayani sesamanya.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusbetul kata bang santo, sekarang kita melayani sesama, kelak dikemudian hari kita menuai buahnya
BalasHapus9 November 2015 02.17
Iya bener, pemimpin yg baik itu melayani bukan dilayani
BalasHapusNice share min. Sayang di era sekarang ini masih jarang di jumpai sosok pemimpin yang mumpuni. Malah adanya mereka mereka yang hanya mau menyuruh dan mengatur
BalasHapus